Kembali

Perempuan Buih

54
Tomaka Book Club
5 Agustus 2025


 
Issa

Sejak pertemuan kali pertama pada senja gerimis

Kau tak henti-henti mengirimiku surat walau kadang ku tak langsung membalas nya

Namun di suatu waktu aku jatuh hati dari penggalan surat mu

Kau berkata "Aku ingin kita menjadi orangtua yang mengganti dongeng sebelum tidur untuk anak-anak dengan riwayat kisah cinta kita sendiri."

Perempuan mana yang tak hanyut membaca kata macam itu

Aku hanyut dalam samudra buaian mu

Membuat ku lupa siapa diriku

Aku adalah buih yang bergerak atas kehendak samudera cinta mu

Kau adalah perantara cinta Tuhan

Tapi kita berjarak, sebetulnya Kau mencintai ku atau mencintai imajinasi mu atas tubuhku?

Atau mencintai dirimu sendiri yang hirau dengan gosip bahwa Aku sudah tak suci lagi 

Yang setelah hidup dengan seorang lelaki yang menculik ku

Apakah cinta itu tak ubahnya seperti pengadilan, yang setiap pihak harus membuktikan segala nya?

Bila begitu, tintaku ini dalam menulis puisi

Pasti lebih menyerupai tetes-tetes air mata ketimbang kumpulan aksara


~Issa, Januari 2024.



Perempuan yang Merindu Seumur Hidup


Cintaku, sekarang aku sebagai arwah yang ada dan tiada

Aku malah leluasa menyaksikan seluruh adegan di muka bumi

Tanpa terkecuali ketika tangis mu tumpah yang tidak bisa dipahami manusia

Tangis mu hanya dipahami oleh para siluman yang empati nya pun lebih nyata dari manusia 

Aku pun bingung menafsirkan tangis mu

Apa Kau merindu sesosok yang telah merudapaksa mu?

Atau kah merindu sosok dirimu yang dulu?

Ibarat langit tak menunjukkan tanda-tanda akan segera mengakhiri riwayat nya yang mendung dan kelabu

Kamu tidak berdandan dan memoles wajah mu dengan make up apapun

Ini kebiasaan mu bila tak suka dengan perempuan yang kau jumpai 

Kamu mengatakan, siapa saja bisa cantik dengan make up dengan tas dan baju-baju mahal 

Tapi tak banyak orang bisa cantik seperti dirimu, walau tanpa riasan ini itu 

Kau itu Cinta ku, seperti nama adalah kembang

Yaitu kembang yang tetap elok walau berlumur lumpur

Kini iya telah tumbuh merona, tawa nya sampai ke awang-awang tangis nya tenang tanpa isakan

Sudut bibir dan belahan dagunya merekah

Meski penyesalan masih menghantui nya hingga Iya merindu seumur hidup

Akan diri nya yang dulu suci


~ISSA, FEBRUARI 2024



Dia Merasa Perempuan yang Cantik


Malam itu bulan agak menua

Lengser dari puncak nya, tak seperti biasanya 

Angin sesekali semilir membawa kerikan jangkrik dan kecoak

Ketika yang ada hanya Aku dan Kau

Pada suatu kasur tanpa ranjang itu

Sampai masih terngiang suara mu tanpa kujawab pertanyaan-pertanyaan mu

Tentang buku-buku yang pernah aku berikan

Yang mana salah satu tokoh nya sangat mirip dengan nama mu dan kisah nya 

Ibarat Kau seolah menanam kembang tapi malah yang tumbuh pohon kemenyan

Dia adalah perempuan yang nama dan cantik nya seperti bunga 

Itulah kenapa Dia merasa adalah perempuan yang cantik

Tapi Dia tampak lebih cantik saat iya kecewa, heuheuheu

Malam itu,,

Aku tak bisa mendengar gerak napas nya

Padahal jarak kami cukup dekat 

Di atas ubun-ubun nya tampak berarakan mega dan mendung 

Yang menguap dari pahit asam garam hidup nya 

Sempat kulihat cuping telinga nya yang elok tanpa tindikan anting

Atau ketika angin dari menyibakkan rambut nya 

Lalu bila iya mengikat rambutnya dengan ekor kuda

Pasti lah semua orang dapat lama-lama menikmati cendawan kuping nya itu

Setelah usai kujawab pertanyaan-pertanyaan mu

Kumain-mainkan ujung rambut mu yang jatuh di kening mu hingga Kau terlelap

Dan ku ucapkan, selamat tidur Kekasih...


~ISSA, Maret 2024~