Kembali

Ulasan Buku Impian Amerika Karya Kuntowijoyo

30
Ale
15 Maret 2025
Judul: Impian Amerika
Penulis꞉ Kuntowijoyo
Tahun Terbit: 2017 (Cetakan Pertama)
Penerbit: DIVA Press
Halaman: 264

Buku ini adalah kumpulan cerita pendek yang mengisahkan tentang petualangan hidup 30 orang Indonesia dari beragam daerah yang datang ke Amerika Serikat dengan latar belakang dan tujuan yang berbeda-beda. Sudut pandang pertama dalam beberapa kisah adalah seorang laki-laki Indonesia yang tinggal di Amerika Serikat, tepatnya kota New York, bersama istri dan anaknya. Beberapa cerita yang dikisahkan itu adalah hasil interaksi antara tokoh “aku” dengan orang-orang tersebut.

Tiga kata untuk menjelaskan tentang buku ini adalah: seru, lucu, dan reflektif. Keseruan dalam membaca buku ini terasa dalam narasi penulisya dalam menggambarkan tokoh-tokohnya. Setiap tokoh benar-benar adalah sosok yang terasa kemanusiannya. Kemanusiaan dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Setiap penokohannya dibuat sangat alami. Sehingga tak heran jika di akhir cerita terjadi plot-twist yang membuat cerita kadang terasa lucu, sedih, dan mencengangkan.

Membaca buku ini kadang membuat tertawa untuk hal-hal yang sederhana. Misalnya, salah satu cerita diberi judul “Pengalaman adalah Guru yang Sontoloyo”. Normalnya, yang lazim didengar adalah pengalaman sebagai guru terbaik. Benar-benar jauh berbeda. Bagian lucu yang lain adalah narasi, yang berbunyi, “Rupanya, sekalipun di New York, Soleman tidak tersentuh feminisme”. Ha-ha, bagi penulis hal ini cukup lucu bahwa nilai-nilai belum tentu dianut secara sama di antara semua orang yang tinggal dikota yang sama. Beberapa dialog dari tokoh bernama Soleman juga tak kalah lucunya. Misalnya, “Tidak ada orang Madura kawin dengan Marry. Soleman itu pantasnya dapat Maryam atau Maryamah, bukan Marry.”

Hal lucu selanjutnya walau terasa misoginis, adalah cerita tentang seorang tokoh bernama Sukiman. Ia diceritakan bekerja sebagai seorang pelayan restoran di New York, yang rupanya sebelum sampai ke sana, ia telah menjelajahi banyak tempat di Eropa. Rupanya, ia berprinsip bahwa untuk mengenal sebuah tempat adalah dengan mengenal perempuannya. Istilah Indonesia Ueber Alles ia terjemahkan sendiri sebagai laki-laki Indonesia ‘di atas’ perempuan segala bangsa.

Hal lucu yang terakhir adalah gegar budaya atau culture shock yang dialami oleh tokoh-tokoh dalam cerita. Gegar budaya ini terjadi karena perbedaan nilai-nilai yang ada di Amerika Serikat dengan di Indonesia. Hal yang sangat tabu di Indonesia bisa menjadi biasa saja di Amerika, seperti seks pranikah atau bahkan kumpul kebo.

Terakhir, buku ini sarat akan nilai-nilai reflektif terutama yang menyinggung tentang agama Islam. Terdapat dua cerita yang menceritakan tentang kawin campur yang dilakukan oleh dua orang perempuan Indonesia dengan laki-laki Amerika. Kedua cerita ini diberi judul “Balada Murniati dan George” dan “Hamidah”.Singkatnya, kedua pasangan itu menikah secara Islam. Salah satu pasangan mengancam berpisah ketika si Suami tidak lagi taat beribadah, sedangkan satu pasangan yang lain bahkan berpisah ketika si Suami menjadi atheis. Sederhananya, jika menghendaki pasangan yang taat beragama, maka menikahlah dengan laki-laki yang taat beragama, bukan dengan mereka yang sekadar sanggup mengucap syahadat. Begitu kira-kira refleksi yang bisa dipetik dari dua cerita tersebut.

Secara keseluruhan, buku ini sangat layak dibaca. Selain karena gaya berceritanya yang santai, isu-isu yang diangkat juga cukup dekat dengan keseharian kita walau tidak tinggal si New York.
Penulis: Ale